Malam Minggu. Dua kata yang begitu sederhana namun menyimpan berjuta cerita. Bagi sebagian orang, malam Minggu adalah waktu untuk bersantai, bercanda, dan menghabiskan waktu bersama orang tersayang. Namun bagi yang lain, ini adalah momen kesepian yang sunyi, yang membuat hati bertanya-tanya, “Kapan aku bahagia seperti mereka?” Tapi… pernahkah kamu membayangkan, kalau malam Minggu bisa bicara?
Gue Capek Liat Lo Galau Mulu
Mungkin, malam Minggu akan bilang begitu. Karena setiap pekan, ia menyaksikan drama yang sama: seseorang duduk di sudut kamar, menatap layar ponsel, berharap ada chat masuk dari seseorang yang bahkan tidak memikirkan keberadaannya. Malam Minggu pun jadi saksi bisu air mata yang jatuh tanpa suara, status galau yang ditulis berulang kali, lagu sendu yang diputar seperti ritual wajib.
Malam Minggu hanya bisa diam, menahan lelah karena harus menampung energi galau berjamaah dari jutaan jiwa yang berharap pada cinta yang belum pasti. Padahal, dia hanya ingin jadi malam yang menyenangkan, yang membawa tawa dan cerita, bukan jadi tempat melarung luka dan kenangan masa lalu.
Galau Itu Manusiawi, Tapi Jangan Dijadikan Kebiasaan
Kita semua pasti pernah merasa sepi, merindukan kehadiran seseorang, atau terjebak dalam kenangan yang enggan pergi. Tapi menjadikan malam Minggu sebagai ajang galau nasional? Ayolah, terlalu banyak potensi bahagia yang bisa kita ciptakan. Bertemu teman, nonton film favorit, menulis, atau sekadar bersyukur atas hari yang masih kita jalani. Semua itu bisa jadi bentuk cinta—pada diri sendiri.
Kalau malam Minggu bisa ngomong, mungkin dia cuma pengen lo bahagia. Dia lelah dijadikan kambing hitam dari sepi yang lo pelihara sendiri. Jadi yuk, mulai minggu ini, ubah cara pandang. Malam Minggu bukan musuh, tapi sahabat yang siap menemani siapa pun yang ingin berdamai dengan diri dan hidupnya. Dan kalaupun belum ada yang menemani, jadikan dirimu sendiri teman terbaik malam ini.