Pernah nggak sih kamu ngerasa udah di titik paling frustrasi? Udah ngirim CV ke puluhan, bahkan mungkin ratusan perusahaan, tapi yang masuk ke email cuma notifikasi “lamaran Anda kami terima” tanpa ada kelanjutan? Notifikasi PHP, gitu katanya. Rasanya nyesek, campur aduk antara bingung, marah, dan pengen nyerah.
Kamu mungkin mikir, “Skill aku kurang, ya?” atau “Apa pengalaman kerjaku nggak cukup?”. Eits, tunggu dulu. Seringkali, masalahnya bukan di situ. Masalahnya justru ada di ‘tiket emas’ kamu: Curriculum Vitae (CV) itu sendiri.
Banyak banget pelamar kerja yang punya potensi luar biasa, tapi gagal total bahkan sebelum sampai ke tahap interview gara-gara kesalahan sepele di CV yang nggak mereka sadari. Anggap aja ini obrolan santai dari teman ke teman, yuk kita bongkar bareng-bareng 5 kesalahan fatal ini!
1. CV Kamu Terlalu ‘Ramai’ (Robot HRD Gak Suka!)
Zaman sekarang, banyak perusahaan besar nggak lagi ngecek CV satu per satu secara manual di awal. Mereka pakai ‘robot canggih’ bernama ATS (Applicant Tracking System) untuk menyaring ribuan CV yang masuk. Nah, robot ini punya kelemahan: dia suka sama yang simpel dan terstruktur.
CV yang kamu desain dengan susah payah pakai tabel, kolom, ikon-ikon lucu, atau font artistik yang super keren, justru bisa bikin si robot pusing. Akibatnya? CV kamu langsung masuk folder “ditolak” bahkan sebelum sempat disentuh mata manusia (HRD).
Ciri-ciri CV yang dibenci robot ATS:
– Menggunakan format tabel atau banyak kolom.
– Ada gambar, ikon, atau grafis di dalam CV.
– Memakai jenis font yang tidak umum (pakai saja Arial, Calibri, atau Times New Roman).
– Menyimpan file dalam format gambar (.jpg) bukan .pdf atau .docx.
Solusinya? Buatlah satu versi CV yang super simpel, bersih, dan ATS-friendly. Fokus pada isi, bukan pada hiasan yang tidak perlu. Desain kreatif bisa kamu pamerkan di portofolio, bukan di CV utama.
2. Jurus Sakti ‘One-Size-Fits-All’ (Satu CV untuk Semua)
Coba jujur, kamu pakai satu file CV yang sama untuk melamar ke posisi Digital Marketer, Admin, dan Customer Service, kan? Nah, ini kesalahan fatal kedua!
Mengirim CV itu kayak nembak gebetan. Masa iya, kata-kata yang kamu pakai buat deketin si A yang hobinya naik gunung, sama persis buat si B yang hobinya nonton drama Korea? Ya nggak bakal nyambung!
HRD itu jeli. Mereka bisa langsung tahu mana pelamar yang niat dan mana yang cuma “asal sebar jaring”. CV yang generik menunjukkan kamu nggak meluangkan waktu untuk memahami posisi dan perusahaan yang kamu lamar. Kesannya? Kamu nggak serius.
Solusinya? Selalu tweak atau modifikasi CV kamu sesuai dengan lowongan yang dituju. Baca deskripsi pekerjaan baik-baik, temukan kata kunci (keywords) yang mereka cari, lalu masukkan kata kunci itu ke dalam deskripsi pengalaman kerja atau skill di CV kamu. Sedikit usaha ekstra ini bakal kelihatan hasilnya!
3. Deskripsi Diri Klise dan Gak ‘Nendang’
Coba cek bagian “Tentang Saya” atau “Summary” di CV kamu. Apakah isinya kalimat-kalimat seperti ini?
- “Saya adalah seorang pekerja keras dan cepat belajar.”
- “Mampu bekerja secara individu maupun dalam tim.”
- “Memiliki motivasi tinggi dan bertanggung jawab.”
Kalau iya, selamat! Deskripsi kamu sama persis dengan 90% pelamar lainnya. Kalimat-kalimat ini terlalu klise dan nggak membuktikan apa-apa. Semua orang juga bisa ngaku pekerja keras.
Solusinya? Gunakan prinsip “Show, Don’t Tell”. Jangan cuma bilang kamu hebat, tapi tunjukkan buktinya dengan angka atau pencapaian konkret. Bandingkan ini:
YANG BIASA AJA:
“Bertanggung jawab mengelola media sosial perusahaan.”
YANG LUAR BIASA:
“Berhasil meningkatkan engagement media sosial Instagram sebesar 40% dalam 3 bulan melalui strategi konten video dan interaksi harian dengan followers.”
Lihat bedanya? Yang kedua jauh lebih menjual!
4. Typo dan Salah Tata Bahasa: Si Pembunuh Senyap
Ini mungkin kelihatan sepele, tapi dampaknya luar biasa fatal. Satu saja salah ketik (typo) atau kesalahan grammar di CV bisa membuat HRD langsung ilfeel.
Bayangin deh, kamu ngaku sebagai orang yang “teliti dan berorientasi pada detail”, tapi di CV kamu nulis ‘Pengalaman Keraj’ bukannya ‘Pengalaman Kerja’. Ironis, kan? Kesalahan ini langsung meruntuhkan kredibilitas kamu dan menunjukkan kamu orang yang ceroboh.
Solusinya? Jangan pernah kirim CV sebelum kamu membacanya ulang minimal 3 kali. Setelah itu, minta tolong teman atau keluarga untuk ikut mengecek. Gunakan juga alat pemeriksa ejaan online untuk memastikan semuanya sempurna.
5. Info Kontak Salah atau Alamat Email Alay
Ini adalah kesalahan paling konyol tapi paling sering terjadi. Kamu udah punya CV sempurna, pengalaman keren, dan skill yang dicari. HRD tertarik dan mau menghubungimu, tapi… nomor teleponmu salah satu digit. ZONK!
Atau lebih parah lagi, alamat email yang kamu cantumkan tidak profesional. Percayalah, HRD akan berpikir dua kali untuk mengontak putri_chayank_dya@...
atau deathmetal_warriorz666@...
.
Solusinya? Cek ulang nomor telepon dan alamat email kamu. Pastikan link ke profil LinkedIn atau portofolio online kamu juga aktif dan bisa diklik. Untuk email, gunakan format yang simpel dan profesional, seperti nama.kamu@email.com
atau namadepan.namabelakang@email.com
.
Yuk, Audit CV Kamu Sendiri!
Sekarang, coba ambil CV kamu dan jawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan jujur:
- Apakah CV saya masih pakai tabel, banyak warna, dan font aneh?
- Apakah saya mengirim CV yang sama persis untuk 5 lamaran kerja terakhir?
- Apakah deskripsi diri saya masih berisi kalimat “pekerja keras” tanpa ada bukti angka?
- Kapan terakhir kali saya membaca ulang CV saya dari awal sampai akhir untuk mencari typo?
- Apakah alamat email saya sudah terlihat profesional dan nomor HP saya 100% benar?
Jika ada satu saja jawaban “iya” atau “waduh, bener juga”, berarti kamu sudah tahu apa yang harus diperbaiki. CV itu adalah tiket pertama kamu untuk bisa pamer skill di hadapan HRD. Jangan sampai tiketnya sobek bahkan sebelum pertunjukan dimulai.
Semangat, ya! Bongkar CV lamamu sekarang, perbaiki, dan siap-siap terima telepon panggilan interview!