Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Kejar Paket C: Niat Mau Pintar, Malah Berasa Nungguin Jodoh yang Tak Kunjung Datang!

Banyak netizen sering menyebut bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia masih rendah. Salah satu alasan yang sering muncul adalah sulitnya akses pendidikan yang berkualitas dan sistem pendidikan kesetaraan yang terlalu lama. Bagi mereka yang putus sekolah dan ingin mengejar pendidikan melalui Kejar Paket A, B, dan C, durasi yang ditetapkan menjadi kendala besar. Baik yang berbayar maupun yang gratis, tetap saja memakan waktu yang sama.

1. Kejar Paket: Solusi atau Sekadar Formalitas?

Kejar Paket seharusnya menjadi solusi bagi mereka yang ingin mendapatkan pendidikan setara SD, SMP, atau SMA. Namun, ketika melihat durasinya, banyak orang akhirnya mengurungkan niatnya:

  • Paket A (setara SD): 3 hingga 4 tahun
  • Paket B (setara SMP): 3 tahun
  • Paket C (setara SMA): 3 tahun

Jika seseorang harus menempuh semua jenjang dari awal, total waktu yang diperlukan bisa mencapai 9-10 tahun! Ini hampir sama dengan jalur formal. Bagaimana bisa seseorang yang ingin meningkatkan SDM dipaksa menjalani sistem yang justru tidak fleksibel?

2. Mengapa Durasi Pendidikan Kesetaraan Lama?

  • Regulasi Pemerintah: Aturan dari pemerintah mengharuskan pendidikan kesetaraan mengikuti standar sekolah formal, tanpa mempertimbangkan usia dan pengalaman peserta.
  • Metode Pembelajaran: Pembelajaran di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) masih berbasis kurikulum formal, tanpa opsi percepatan bagi peserta yang lebih dewasa.
  • Tidak Ada Skema Akselerasi: Dalam sekolah formal, siswa berprestasi bisa mengambil jalur akselerasi. Namun, dalam pendidikan kesetaraan, semua orang dipaksa mengikuti durasi yang sama.

3. Dampak Durasi yang Terlalu Lama

Banyak peserta didik akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan Kejar Paket karena:

  • Merasa terlalu lama dan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
  • Harus membagi waktu antara belajar dan bekerja.
  • Kurikulum tidak relevan dengan pengalaman mereka sebagai orang dewasa.

Hasilnya? Banyak yang akhirnya tidak memiliki ijazah dan tetap dianggap sebagai SDM rendah oleh netizen.

4. Solusi yang Harus Diterapkan

  • Penerapan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL): Jika seseorang sudah memiliki pengalaman kerja atau keterampilan tertentu, seharusnya bisa mendapat pengakuan akademik tanpa perlu menempuh seluruh jenjang.
  • Program Akselerasi: Pendidikan kesetaraan seharusnya memberikan opsi percepatan bagi mereka yang mampu.
  • Kurikulum yang Lebih Fleksibel: Pembelajaran berbasis kompetensi harus diterapkan agar peserta bisa lulus lebih cepat.
  • Indonesia sering dianggap memiliki SDM rendah, tetapi ketika seseorang ingin meningkatkan pendidikannya, sistem justru menghambat dengan durasi yang terlalu lama. Jika Kejar Paket tetap mempertahankan sistem ini, maka tidak heran jika banyak orang akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan mereka. Reformasi pendidikan kesetaraan harus dilakukan agar sistem ini benar-benar bisa meningkatkan SDM Indonesia, bukan sekadar menjadi beban tambahan bagi masyarakat.

    Pendidikan adalah hak setiap orang, tetapi sistemnya harus disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, tetapi jangan biarkan sistem yang kaku menghambat perjalanan menuju masa depan yang lebih baik. Perubahan harus diperjuangkan agar pendidikan benar-benar menjadi solusi, bukan sekadar formalitas tanpa hasil nyata.

    Baca juga: Pendidikan Kesetaraan atau Kesengsaraan? Lama Banget Bos!

Tinggalkan Balasan